Monday, April 16, 2012

INDONESIA NEGERI BAHARI

Kita Dilimpahkan Rahmat Yang Luar Biasa oleh Gusti Allah SWT

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT, Gus Dur mantan presiden kita bisa dijadikankan cerminan bagi orang yang bersyukur. Kenapa? Karena baru beberapa hari menduduki jabatan sebagai presiden saat itu, yang menurut keyakinan beliau ini merupakan amanat dari rakyat, beliau mengumumkan bahwa kelautan bakal digarap besar-besaran dan akan merupakan sektor andalan bagi ekonomi Indonesia.

Sesungguhnya laut adalah nikmat Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia. Bangsa ini selama ini kufur nikmat, karena mengabaikan kelautan dengan potensi yang begitu besar yang terkandung dalamnya. Laut merupakan 70% bagian wilayah Indonesia. Begitu besar, dan kita buta melihat anugrah Allah ini.

Justru rasa syukur ini datang dari seorang Gus Dur yang tidak memiliki penglihatan yang sempurna, namun tajam dalam melihat sesuatu dengan mata hati. Tak heran bila Indonesia terus dilanda cobaan yang berat, karena kita khufur nikmat, sebagaimana firman Allah:

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.
Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih
~Ibrahim:7~

Adalah pantas, bila kita semua mestinya ikut bersyukur atas keputusan Gus Dur itu. Rasa syukur itu adalah ungkapan rasa puas atas karunia Allah, lantas memanfaatkan karunia Allah itu sesuai tujuan penganugerahanNya, yaitu untuk sebesar-besarnya kemaslahatan ummat dan kemajuan bangsa.

Khufur nikmat kita di bidang kelautan.

Khufur nikmat artinya menyembunyikan, menutup-nutupi atau melupakan nikmat Allah. Itulah yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin di jaman orde baru dan masih sampai sekarang. Gambaran kekhufuran atas karunia kelautan itu jelas betul. Antara lain, kaum nelayan selalu miskin, peralatan sederhana tanpa tehnologi penangkapan ikan sama sekali, sehingga jenis tangkapan kurang berkualitas.

Harga beli ikan oleh tempat-tempat pelelangan (yang dikelola pemerintah) selalu dipermainkan. Fasilitas pelabuhan di seluruh tanah air sangat kurang, sehingga kapal-kapal asing lebih suka berlabuh dan bongkar muat di Singapure ketimbang Batam atau Priok.

Armada angkutan laut kita sungguh memprihatinkan. Tidak ada kapal yang baik, selalu mogok dan tak ada jadwal pelayaran yang pasti. Saya tahu betul bagaimana sulitnya mengirim barang ke pulau-pulau lain, sehingga sering-sering terjadi kekosongan barang di luar pulau Jawa.

Kemudian, sumber protein hewani yang berasal dari ikan, mestinya bisa digali. Tapi industri pengolahan ikan tidak berkembang, malah nihil sama sekali. Paling-paling ada home-industry pengolahan ikan asin, ikan pindang atau kerupuk. Belum ada cukup banyak pengusaha besar di bidang pengolahan makanan yang berasal dari ikan. Perusahaan pengalengan ikan tuna yang lumayan besar seperti Muncar dan CIP juga perkembangannya lambat dan kembang kempis.

Sebuah survey yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan dan Industri Inggris menyatakan bahwa di tahun 2000 diperkirakan pasaran dunia akan mampu menyerap hasil explorasi bahari dengan nilai sekitar 168 milyar poundsterling atau setara dengan sekitar 1.680 trilyun rupiah!!!

Seandainya Indonesia bisa memasok hasil laut 5% saja dari jumlah itu, maka berarti kita menghasilkan devisa sekitar 84 trilyun rupiah. Ini angka yang jauh lebih besar dari devisa yang kita harapkan dari migas yang nilainya sekitar 44 trilyun rupiah (Data tahun 1999). Melihat perhitungan yang masuk akal itu kiranya terbuka mata semua pihak betapa potensialnya laut yang ada di wilayah Indonesia. Allah berfirman:

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu),
agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan),
dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai,
dan kamu melihat bahtera berlayar padanya,
dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya,
 dan supaya kamu bersyukur.
~An-Nahl:14~

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT, dalam surah dan ayat tersebut diatas sangat gamblang betapa Allah menjadikan lautan itu suatu karunia, serta sekaligus memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana kita harus meng-explorasi laut itu. Setidak-tidaknya kita bisa melihat ada 4 petunjuk tentang arah pengelolaan kelautan itu.

Pertama, “….agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan)…..”, merupakan petunjuk bagi kita untuk mengembangkan dan mengandalkan industri perikanan. Untuk itu, kita perlu membuat perencanaan yang komprehensif tentang pembangunan industri perikanan. Termasuk dalamnya teknologi muthakir tentang armada penangkapan ikan dan penyimpanannya (cold storage) serta pengolahannya.

Juga memperbanyak pembangunan pelabuhan-pelabuhan khusus perikanan beserta pabrik-pabrik pengolahan ikan. Setelah ikannya kita tangkap, maka sebetulnya banyak sekali yang bisa dilakukan. Antara lain menjadi hidangan segar diatas meja makan atau diolah menjadi makanan dalam kemasan menarik untuk diexpor seperti krupuk, ikan kering, ikan asin, terasi, petis udang, tanaman laut dan sebagainya.

Semuanya sekarang sebetulnya sudah ada, namun kurang dikembangkan menjadi produk unggulan untuk pasar ekspor. Produk hasil laut lain ialah tepung protein dan levertraan yang mengandung omega-3 serta bermacam-macam tanaman laut yang sangat bermanfaat bagi dunia kedokteran-kesehatan dan sangat diminati oleh dunia barat.

Kedua, “…dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai…..”. Sudah lama kita tahu bahwa mutiara adalah juga hasil laut yang dijadikan perhiasan. Ini juga belum kita garap dengan serius. Malah yang menggarap potensi kerang mutiara adalah orang-orang Jepang yang memang ahli dalam bidang itu.

Selanjutnya, kita memiliki banyak pantai dengan aquarium hidup macam di Bunaken dan Senggigi. Artinya kita harus mengembangkan pula pariwisata kelautan yang merupakan “perhiasan” bangsa Indonesia untuk dilihat oleh para turis. Perhiasan disini juga dapat diartikan sebagai bangunan asri untuk melindungi kita. Dan memang dalam laut tersedia sumber bahan-bahan bangunan seperti pasir, gravel dan gelas (silikat).

Ketiga, “…dan kamu melihat bahtera berlayar padanya…..”. Kita diperintahkan untuk menggarap transportasi laut dengan sungguh-sungguh. Ini berarti kita harus membangun-bangun pelabuhan yang lebih banyak dan modern, membangun kapal-kapal pengangkut dan penumpang yang siap berlayar bukan hanya di lautan Indonesia, tapi juga mengarungi 7 samudra lainnya.

Kita harus mendidik dan menempa pelaut-pelaut yang tangguh dan profesional. Dengan banyak kapal-kapal berbendera Indonesia yang melanglang buana, justru akan merupakan ungkapan rasa syukur kita sebagai bangsa bahari. Pelabuhan-pelabuhan yang dibangun di berbagai kota pesisir hendaknya dapat disinggahi pula oleh kapal asing-asing dengan nyaman dan dilayani secara profesional untuk bongkar muat barang atau penumpang.

Keempat, “….dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya,…..” Lautan dititahkan-Nya untuk menjadi sarana untuk berniaga (mencari keuntungan). Bukan hanya antar pulau dalam negara ini, tapi juga dengan negara lain diseluruh dunia. Oleh karena itu, kita harus menata kembali manajemen pelabuhan kita, disamping memodernisasi fasilitas bongkar muat barang.

Sekarang banyak kapal asing yang enggan untuk berlabuh di Priok misalnya. Pasalnya mereka harus menunggu berhari-hari untuk bisa sandar. Setelah berhasil sandar, banyak pungutan-pungutan liar yang harus dibayar agar barangnya bisa di bongkar. Bila ingin menggunakan crane agar unloading-nya cepat, maka ada ongkos tersendiri. Pendeknya, manajemen pelabuhan kita masih brengsek betul dan masih menimbulkan high cost bagi pengusaha transportasi laut.

Di Singapore, semua berjalan dengan cepat dan efisien. Semua pihak tahu tugas dan kewajibannya dan melayani setiap kapal yang sandar dengan semestinya, tanpa dimintai ini itu. Oleh karenanya Singapore menjadi pelabuhan yang berkembang dengan pesat karena mengutamakan service quality.

Masih ada potensi kelautan yang lain yang semuanya bisa kita manfaatkan. Antara lain sebagai sumber mineral seperti manganes, cobalt, phosphor dan lumpur mineral. Juga sebagai sumber bahan kimia seperi sodium dan potasium. Sumber energi dari ombak dan konversi energi panas dan perlu diingat, bahwa sesungguhnya dalam lautan itu juga terkandung deposit minyak bumi yang luar biasa banyak. Kebanyakan eksplorasi minyak bumi dilakukan lepas pantai.

Saudara-saudaraku yang dicintai Allah SWT, seandainya saja para pemimpin kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pedomannya untuk mengelola bangsa ini. Kita bisa yakin bahwa solusi terhadap persoalan-persoalan bangsa yang lainnyapun pasti dirujuk ke Al-Qur’an. Insya Allah penyelesaiannya akan ada di situ.

Semoga para pemimpin kita dan kita semua selalu diberi petunjuk dan kekuatan dalam membangun bangsa ini menjadi bangsa bahari yang selalu mensyukuri nikmatMu, ya Allah. Aamiin ya Rabbal alamiin.

Bagaimana pendapat Ananda?