Thursday, April 12, 2012

RUMAH JOMPO



Haruskah orang tua kita dititipkan di Rumah Jompo?

Saudara-saudara yang dirahmati Allah SWT, di Indonesia tampaknya jarang kita temui rumah jompo yang dikelola oleh lembaga muslim. Rumah jompo di Indonesia kebanyakan dikelola oleh pemerintah atau lembaga non-muslim. Mengapa?

Dalam ajaran Islam ada keharusan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita, sebagaimana titahNya:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
 dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
 Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
~ Al-Israa’ – QS 17 : 23 ~

Sosok orang tua yang berusia lanjut ditandai dengan kemunduran fisik dan mental. Fungsi-fungsi tubuh mereka mengalami degenerasi sehingga banyak diantara mereka menjadi tidak berdaya secara fisik. Badan bongkok dan susah digerakkan, penglihatan kabur, pendengaran berkurang, gigi geligi satu demi satu tanggal, fungsi otak dan saraf berkurang, rentan terhadap gangguan penyakit dan sebagainya.

Dari segi mental kejiwaan mereka juga mengalami kemunduran yang pasti. Kemunduran mental dan kejiwaan makin terasa manakala ada perasaan kecewa atau rasa bersalah tentang apa yang dilakukannya di masa lalu. Seringkali mereka merasa gagal dalam hidup, gagal dalam karir, gagal untuk mendidik anak-anaknya, gagal untuk membahagiakan keluarganya dsb.

Yang paling gawat adalah kalau ia merasa tidak ada gunanya menjalani hidup di dunia selama ini, atau dengan perkataan lain ia gagal dalam menemukan dan menempuh jalan Allah.

Sebaliknya, seringkali pula mereka terpaku pada masa lalu yang penuh kenangan yang indah (tentang keberhasilan, kebahagiaan, keunggulan dalam persaingan, kemampuan menunjukkan perilaku heroik), sehingga mereka seakan-akan hidup dalam dunia khayal dan tak mau menerima kenyataan bahwa jaman telah berubah dan mereka telah uzur. Kesemua ini menjurus kepada pembentukan pribadi yang sensitif.

Oleh karena itu, titah Allah dapat kita lakukan secara kongkrit dengan memperhatikan segi fisik mental para orang tua kita, antara lain dengan menghormati perasaannya, membantunya secara fisik serta membimbingnya untuk terus melakukan ibadah agar menjadi insan khusnul al-khatimah.
  
Menghormati perasaannya.

Pribadi orang tua lebih sensitif ketimbang yang muda-muda. Ambang rangsang orangtua terhadap sesuatu persoalan semakin turun. Orang tua usia lanjut lebih gampang sedih, kecewa, merasa tidak dianggap, tersinggung, merasa tidak dihormati lagi karena tak berdaya.

Pertengkaran diantara anak-anaknya bisa membuatnya termenung dan sedih. Perceraian salah satu anaknya bisa membuat ia merasa gagal mendidik anaknya untuk menjadi istri atau suami yang baik. Anaknya yang jobless senantiasa menjadi pemikirannya sehingga timbul guilty feelings seolah-olah kegagalan anaknya adalah karenanya. Dan sebagainya.

Saya masih ingat betul, betapa sedihnya ibu mertuaku, ketika ia mau ditinggal di rumah sakit Mitra Keluarga untuk di observasi kesehatannya. Sambil berlinang air mata beliau hanya berucap: “Mengapa saya ditinggal disini?” tanpa bisa berbuat apa-apa. Dapat dibayangkan bagaimana perasaan seorang tua, kalau anaknya menitipkannya di panti jompo. Ia akan merasa seperti “dibuang” dengan segala dampak psikologis yang akan timbul, seperti rasa curiga (paranoid), rasa rendah diri yang bisa mengarah kepada depresi mental.

Sebaik-baiknya anak adalah, bila ia memelihara orang tuanya dengan menjaga perasaannya. Buatlah orang tua itu menjadi happy, dihargai keberadaannya, diperhatikan keperluannya, hindari perkataan-perkataan, berita-berita atau tindakan-tindakan yang kurang menyenangkannya atau membuat ia sedih dan menitikkan air mata.

Pendeknya kita harus membuat orang tua yang sudah jompo itu tetap memiliki semangat untuk menjalani sisa hidupnya dengan ibadah yang bermanfaat yang bisa memperbanyak bekalnya ke akhirat.   

Membantunya secara fisik.

Orang tua dengan kemunduran fisik cenderung “terkucil” terhadap dunia luar, karena mobilitasnya yang menjadi terbatas. Keterkucilan secara fisik ini bila dibiarkan bisa menjurus ke keterkucilan secara mental yang akan berakibat lebih fatal bagi kesehatan fisik.

Ini semacam lingkaran setan yang harus di putuskan dengan cara mengajak orang tua untuk tetap melakukan kegiatan fisik, walaupun yang ringan sekalipun. Yang penting ia tidak boleh diam dan dibiarkan malas untuk bergerak. Kita perlu membantunya, agar ia merasa nyaman.

Menemaninya duduk-duduk di teras sambil membicarakan hal-hal yang menyenangkan. Mengajaknya jalan-jalan di depan rumah kalau masih mampu berjalan. Kalau tidak, kita bisa mendorongnya dalam wheel-chair untuk menghirup udara segar.

Sekali-kali mengajaknya rekreasi keluar rumah atau berkunjung ke saudara, sanak keluarga juga bisa. Sight-seeing, puter-puter dengan mobil juga perlu untuk menghindari kejenuhan tinggal di rumah. Kadang-kadang kita perlu membantunya untuk hal-hal yang rutin, seperti memandikannya, membantunya untuk berdiri, duduk, berjalan atau mengambilkan sesuatu yang diperlukannya dan menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkannya.

Membimbingnya kearah khusnul al-khatimah.

Kegiatan yang paling bermanfaat buat orang tua usia lanjut ialah melakukan ibadah sebanyak-banyaknya sampai maut menjemputnya. Oleh sebab itu sangat bagus kalau kita membimbingnya ke jalan yang benar dengan ibadah, perbuatan baik dan dzikrullah.

Kita harus bisa memotivasi mereka untuk tidak bosan-bosannya memohon ampunanNya, rahmatNya serta surgaNya. Dengan cara itu diharapkan orang tua kita mencapai khusnul al-khatimah (kesudahan yang baik).

Secara kongkrit kita bisa menyediakan sarana yang memudahkannya untuk melakukan ibadah-ibadah itu. Tempat shalatnya dibuat senyaman-nyamannya agar ia “betah” shalat dan berdzikir. Tempat wudhu juga dibuat agar memudahkan untuk melaksanakannya, kalau perlu disediakan air hangat terutama bagi mereka yang rheumatis. Untuk meningkatkan iman bisa dipanggilkan ustadz secara rutin. Memperbanyak bacaan mengenai ketauhidan disamping Al-Qur’anul Karim. Memperbanyak membaca tafsir dan sebagainya.
  
Saudara-saudara yang dimuliakan Allah SWT, semua diatas sebenarnya merupakan sarana bagi kita-kita yang lebih muda untuk melatih diri dalam meningkatkan kesabaran dan keikhlasan kita melalui penghormatan kita kepada orang tua kita. Disini terbukti lagi betapa Al-Qur’an menyiratkan adanya kesempatan bagi kita untuk beramal saleh dan memperoleh pahala yang kita perlukan untuk bekal kita mencapai akhirat dengan selamat. Kuncinya adalah kesabaran dan keikhlasan. Jadi, buat apa rumah jompo itu, kalau memang kita semua berniat untuk memelihara orang tua kita sampai akhir hayatnya? 

Sebagai tambahan, Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, psikiater dalam bukunya “Al-Qur’an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa” menyatakan betapa besarnya pengaruh agama terhadap kehidupan di usia lanjut. Pengamatannya menyimpulkan sebagai berikut:

1.     Lanjut usia yang non-religius angka kematiannya dua kali lebih besar dari pada yang religius
2.     Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dari pada yang non-religius
3.     Lanjut usia yang religius lebih kebal dan lebih tenang menghadapi operasi ketimbang yang kurang atau non-religius
4.     Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres dari pada yang kurang atau non-religius, sehingga gangguan mental emosional lebih kecil
5.     Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat terakhir (sakratul maut) dari pada yang kurang atau non-religius

Oleh karena itu sangatlah perlu bagi kita, sebelum kita sendiri jompo, untuk memperdalam ajaran Islam itu -- baik sebagai agama, maupun sebagai ilmu yang berpedoman pada Al-Qur’an --, agar hari tua kita dapat kita lalui dengan tenang dan penuh manfaat bagi orang-orang disekeliling kita.
Amien, ya Rabbal alamin.

Bagaimana pendapat Anda?

Penulis: H. R. Bambang Irawan