Thursday, March 19, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 24 - AN NUR, AYAT 11, 4, 22

TURUNNYA SURAH 24 - AN NUR, AYAT 11, 4, 22

Aisyah difitnah – kebebasan dan pemulihan atas nama baiknya yang sarat atas ma’na.                    

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar
~ QS 24 – An Nuur : 11 ~

Aisyah binti Abu Bakar Ashshiddiq, adalah isteri ketiga Rasulullah sepeninggal Siti Khadijah dan sesudah Saudah binti Zum’ah. Ia termasuk isteri yang sangat dicintai Rasulullah dan diberitakan masuk surga. Rasulullah bersabda: “Aisyah adalah isteriku di surga”

Aisyah tergolong wanita cerdas dan fasih dalam berbicara serta senantiasa mendampingi hidup dan perjuangan Rasulullah hingga saat Rasulullah wafatpun ada di pangkuan Aisyah serta dimakamkan di kamarnya.  Allah memilihkan Aisyah untuk menjadi isteri Rasulullah karena dengan kecerdasan dan daya ingatnya, dia kelak menjadi sumber hadist-hadist Rasulullah saw.

Pada suatu waktu Rasulullah menyiapkan pasukan Muslim untuk melawan serangan kaum musyrikin yang dipimpin Al Harits ibn Dhihar. Pada saat itu isteri Rasulullah yang terpilih untuk ikut berperang adalah Aisyah. Dalam peperangan itu umat Islam mendapatkan kemenangan. Setelah meraih kemenangan dalam perjalanan pulang kembali ke Madinah, karena hari sudah malam, pasukan Islam berhenti dulu untuk beristirahat dengan mendirikan tenda-tenda dan ingin memasuki kota Madinah dibawah benderangnya sinar matahari.

Tidak lama berselang, Aisyah keluar dari tandu dengan maksud ingin buang hajat tidak jauh dari tempat peristirahatan itu. Dalam perjalanan kembali ke tandu, ia merasakan kalung milik Asma saudaranya yang dipakai Aisyah terlepas dan tercecer. Tentu saja dalam kegelapan malam dia memerlukan waktu untuk mengumpulkan bagian-bagian kalung yang tercecer. Karena sibuk mencari kalung yang hilang, ia tidak sadar bahwa rombongan kaum Muslim telah kembali berangkat melanjutkan perjalanan ke Madinah, celakanya tandu milik Aisyah yang disangka berisi Aisyah didalamnya telah diangkat keatas keledai dan dibawa pergi pula.

Dengan perasaan takut dan gelap, Aisyah berusaha menyusul rombongan namun mereka telah terlalu jauh, sedangkan dia sendiri tidak faham jalan yang akan dilaluinya. Aisyah kembali ke tempat peristirahatan rombongan dengan harapan kelak masih ada rombongan kaum Muslim yang pulang belakangan hingga akhirnya ia tertidur. Pagi harinya Aisyah dikejutkan orang yang menyapanya: “Ya Allah ini Aisyah isteri Rasulullah”. Orang itu ternyata Shafwan ibn Al Mu’thathal. Dia sahabat Rasulullah yang terlibat dalam Perang Khandaq dan Murai’si serta peristiwa-peristiwa lainnya bersama Rasulullah. Shafwan tertinggal rombongan Rasulullah karena suatu keperluan.

Aisyah akhirnya dinaikkan ke atas keledai milik Shafwan dan dia sendiri berjalan menuntunnya menuju Madinah. Setibanya di Madinah matahari sudah tinggi dan para sahabat Rasulullah masih berkumpul sebagian membicarakan hilangnya Aisyah.

Alangkah kagetnya para sahabat begitu melihat Aisyah mengendarai keledai yang dituntun oleh Shafwan dan hal itu tidak lumrah di kalangan Muslim Madinah.

Orang-orang munafik yang membenci Rasulullah dengan didalangi Ubay ibn Salul dan Musath ibn Atsatsah mulai menghembuskan berita tidak sedap terhadap isteri Rasulullah itu.

Tanpa sepengetahuan Aisyah, lama kelamaan desas desus itu makin beredar di kalangan masyarakat dan sampailah ke telinga Rasulullah.

Beliau merasa bingung dan tersudut. Bagaimana cara menghadapi Aisyah...? Apa yang harus ia katakan kepada Aisyah tanpa melukai hatinya. Rasulullah sangat percaya pada Aisyah tidak seperti apa yang dituduhkan orang-orang kepadanya: “Mengapa orang-orang menyakitiku dengan menuduh keluargaku yang tidak-tidak...??!! Demi Allah yang kutahu tentang keluargaku yang baik-baik saja”.

Begitu juga para sahabat yang percaya akan pribadi Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah mereka itu keluargamu, kami mengenal mereka sebagai pribadi yang baik”.

Akhirnya desas desus itu sampai juga ke telinga Aisyah dan dia sangat terpukul, dia mengungsi ke rumah orang tuanya Abu Bakar Asshiddiq. Ibu Aisyah Ummu Ruman berusaha menghiburnya bahkan salah seorang kerabatnya tiada lain adalah ibu dari Masthah si penyebar kabar bohong itu sangat marah melihat kelakuan anaknya: “Celakalah engkau Masthah...!!”. Aisyah tiap malam mengadu dan berdo’a kepada Allah dan merasakan pahitnya fitnah ini seperti apa yang dikisahkan Nabi Yusuf yang dituduh menggoda isteri pembesar.

Allah SWT tidak menginginkan berita buruk ini terus berlarut-larut, maka diturnkannya ayat Al Qur’an:

“Innalladziina jaauu bil ifki ‘ushbatum minkum. Laa tahsabuuhu syarrallakum. Bal huwa khairulakum. Likullimri in minhum maktasaba minal istmi. Walladzii tawallaa kibrahuu minhum lahuu ‘adzaabun ‘adhiim”

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar
~ QS 24 – An Nuur : 11 ~

Betapa bahagianya Aisyah dan kedua orang tuanya. Allah telah memulihkan nama baiknya dari atas langit yang tujuh.

Sesungguhnya Aisyah tidak menaruh harapan besar akan turunnya ayat Allah SWT. Yang ia harapkan Rasulullah bermimpi melihat bukti kebersihan isterinya, akan tetapi Allah SWT menyayangi Aisyah yang telah mengagungkanNya dan mendekatkan diri kepadaNya, sehingga diturunkan ayat Al Qur’an yang menegaskan kebebasannya, kemudian terjaaga sepanjang zaman.

Disitulah Allah SWT menentukan balasan bagi orang-orang yang menuduh orang lain yang telah beristeri atau bersuami melakukan perzinahan. Dalam Al Qur’an Allah berfirman:

“Walladziina yarmuunal muhshonaati tsumma lam ya’tuu biarba’ati syuhadaa a fajliduuhum tsamaaniina jaldataw walaa taqbaluu lahum syahaadatan abadaa. Wa ulaaika humul faasiquun”

Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.
~ QS 24 – An Nuur : 4 ~

Bagaimana dengan nasib orang munafik seperti Musthah ibn Atshthsah, Hasan ibn Tsabit, Himnah binti Jahsy serta dalang dari semuanya itu Abdullah ibn Ubay ibn Salul...?

Allah memberi azab yang teramat perih. Musthah ibn Atshtshah kerabat Abu Bakar Ashshiddiq yang biasanya dibantu oleh Abu Bakar Ashshiddiq, hidup miskin. Abu Bakar berniat memberhentikan bantuan kepadanya, namun Allah melarangnya melalui ayat ini:

“Wa laa ya’tali ulul fadhli minkum wassa’ati ayyu’tuu ulil qurbaa walmasaakiina walmuhaajiriina fii sabiilillaah. Walya’fu walyashfahuu. Alaa tuhibbuuna ayyaghfirallaahu lakum wallaahu ghafuururrahiim”

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabata(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
~ QS 24 – An Nuur : 22 ~

Ayat ini sekaligus memberi pelajaran kepada umat Islam untuk memaafkan dan tetap bersedekah dan memberi bantuan kepada kerabatnya, orang-orang miskin sekalipun mereka telah menyakitinya.

Begitulah kisah kebebasan dan pemulihan nama baik Aisyah yang sarat makna. Al Qur’an telah meletakkan alat takar dan cara mengatasinya supaya umat Islam terhindar dari marabahaya.

Bekasi, 15 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 6 Maret 2015.
Posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Tulisan: Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema : QS 24 - An Nur : 11, 4 dan 22

No comments:

Post a Comment