Friday, March 20, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 96 AL ‘ALAQ AYAT 6 - 19

TURUNNYA SURAH 96 AL ‘ALAQ AYAT 6 - 19

Kisah Al Hakam ibn Hisyam (Abu Jahal) yang dijuluki Fir’aun Makkah Masa Jahiliyah

(6)”Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas
(7) karena dia melihat dirinya serba cukup
(8) Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu)
(9) Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang
(10) seorang hamba ketika mengerjakan shalat
(11) bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran
(12) bertakwa (kepada Allah)?
(13) Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
(14) Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?”
(15) Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka
(16) (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka
(17) Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya)
(18) kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah
(19) sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)” ~ QS 96 – Al ‘Alaq : 6 - 19 ~

Kisahnya:

Lelaki itu tubuhnya kecil dan nampak ringkih, namun wajahnya terlihat kelam seakan-akan menderita penyakit yang tidak kunjung sembuh. Pandangannya tajam menakutkan, lidah dan ucapannya tajam mengiris menyakitkan hati orang lain, dialah Amir ibn Hisyam yang dijuluki Al Hakam karena kejahatan dan kebenciannya kepada Islam, sehingga oleh Rasulullah dinamai “Abu Jahal – Biang Kebodohan”.

Saat Rasulullah menyatakan kerasulannya, Abu Jahal bernazar akan menjadi musuh utama Islam. Dia senantiasa berusaha menyakiti Muhammad dan para pengikutnya.

Sebutlah satu keluarga budak, yang terdiri dari Yasir, Samiyyah isterinya dan Anmar puteranya. Mereka diam-diam mengikuti ajaran Muhammad, maka atas ijin pemiliknya, Abu Jahal melampiaskan kemarahannya dengan menyiksanya sehingga Yasir dan Samiyyah meninggal dibunuhnya. Namun Rasulullah memberi kabar gembira kepada keluarga budak itu, bahwa mereka sebagai ahli surga.

Abu Jahal dan kawan-kawannya setiap saat merancang cara untuk menyakiti Muhammad namun Allah SWT senantiasa melindungi beliau, tapi Abu Jahal tidak pernah jera.
Inilah beberapa kejahatan Abu Jahal yang dilakukan pada Rasulullah :

Saat Rasulullah bersujud dalam Sholat di Masjidil Haram, Abu Jahal berjanji kepada kawan-kawannya akan menendang bokong Muhammad. Namun saat akan melakukannya, Allah melindungi Rasulullah seolah-olah ada tabir yang menghalangi sehingga dia tidak bisa mendekati Rasulullah.
Atas kejadian ini Allah menurunkan ayat :

Kallaa innal insaana layathghaa”
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas ~ QS 96 – Al ‘Alaq : 6 ~

Arraa hustaghnaa”
“karena dia melihat dirinya serba cukup” ~ QS 96 – Al ‘Alaq : 7 ~

Inna ilaa rabbikarruj’aa”
“Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu)”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 8 ~

Ketika Rasulullah selesai sholat di Masjidil Haram, Abu Jahal mendekatinya dengan suara keras penuh amarah: “Hai Muhammad...!! Aku melarangmu shalat dan jangan pernah mendekati tempat ini lagi. Jika kamu bersikeras... Lihatlah apa yang akan aku lakukan kepadamu...!!!”.
Rasulullah tidak menghiraukannya dan saat itu pula turun ayat:

“ara aitalladzii yanhaa”
“Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 9 ~

“’abdan idzaa shallaa”
“seorang hamba ketika mengerjakan shalat”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 10 ~

“ara aita inkaana ‘alaal hudaa”
“bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 11 ~

“aw amara bittaqwaa”
“bertakwa (kepada Allah)?”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 12 ~

“ara aita in kadzdzaba watawallaa”
“Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 13 ~

“alam ya’lam biannallaaha yaraa”
“Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 14 ~

“Kallaa lain lam yantahi lanasfa’an binnaashiyah”
“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 15 ~

“Naashiyatin khaathiah”
“(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 16 ~

Ketika Rasulullah kembali ke Masjidil Haram, Abu Jahal melarangnya dengan menyebut dia sebagai pemimpin lembah Masjidil Haram, Rasulullah tidak menghiraukan. Namun ketika Abu Jahal mendekati beliau, ia mundur terkejut seolah-olah melihat unta yang besar yang menghalanginya. Atas kejadian itu Allah langsung menurunkan ayat:

“Falyad’u naadiyah”
“Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya)”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 17 ~

“Sanad’uzzabaaniyah”
“kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 18 ~

“Kallaa laa tuthi’hu wasjud waqtarib”
“sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)”
~ QS 96 – Al ‘Alaq : 19 ~

Suatu hari Abu Jahal dan kawan-kawannya mencegat Rasulullah untuk mecela, memarahi dan mengucapkan kata-kata kotor yang tidak pantas. Namun tiba-tiba datanglah Hamzah ibn Abdul Muthalib paman Rasulullah yang belum masuk Islam melemparkan Abu Jahal ke tanah sambil mengancam akan menghukumnya jika mengganggu lagi Muhammad. Atas kehendak Allah pada saat itu pula Hamzah masuk Islam. Keislaman Hamzah tentu saja menambah kekuatan umat Islam, karena selain Hamzah putera Abdul Muthalib pemuka Mekkah, juga dia seorang pemuda pemberani dan kuat.

Suatu kejadian yang menimpa seorang pedagang unta yang ditipu oleh Abu Jahal dengan tidak membayar unta yang telah dibelinya. Oleh Para pemuka Mekkah pedagang unta ini disuruh menemui Muhammad dengan maksud untuk mengadukan Muhammad dengan Abu Jahal. Rasulullah beserta pedagang unta datang ke rumah Abu Jahal untuk menagih. Terjadi kejadian aneh bahwa Abu Jahal tanpa basa basi langsung membayarnya. Dalam pandangan Abu Jahal, dia melihat hean buas di kepala Rasulullah yang akan menerkamnya.

Suatu hari Abu Jahal bersama para pemuda Quraisy mengurung rumah Rasulullah untuk membunuhnya. Namun Allah SWT menyelamatkan beliau dengna menyuruhnya berhijrah. Mereka tidak melihat kepergian Rasulullah bersama Abu Bakar.

Demikian beberapa penghinaan Fir’aun Mekkah saat itu kepada Rasulullah, hingga saat perang Badar berlumba-lumbalah para pemuda Muslim yang ingin membunuh Abu Jahal. Abu Jahal mati dengan leher terputus ditebas para pemuda Muslim Muaz ibn Amr, Muas ibn Afra dan Abdullah ibn Mas’ud. Kini dia sedang menunggu hukuman Allah di akhirat.

Bekasi, 15 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 6 Maret 2015.
Edited and Posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Tulisan: Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema : Al ‘Alaq (96) - Ayat 6 - 19 - Kisah Al Hakam ibn Hisyam (Abu Jahal) – Fir’aun Makkah Masa Jahiliyah

5 comments:

  1. Koreksi dikit boleh ya..
    Naashiyatin kaadzibatin khaathi-atin
    Di atas hilang Kaadzibatin-nya

    Semoga tulisan anda ini membawa berkah pada anda dan kami dunia dan akhirat..amin..

    ReplyDelete
  2. Hadits itu ada yg dhoif, yg kisah abu jahl melihat unta besar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Guru Ibnu Ishaq dalam riwayat ini majhul (tidak diketahui. Baihaqi berkata, “Bila Ibnu Ishaq tidak menyebutkan guru yang bercerita kepadanya, maka hadisnya tidak perlu ditanggapi.”

      Berita tentang unta jantan itu juga sudah disebutkan dalam kisah orang dari Irasy, dan sanadnya dha’if sebagaimana telah dijelaskan. Keganjilan yang terdapat dalam riwayat ini adalah ucapan Abu Jahal “Aku berjanji pada Allah.” Padahal dalam riwayat Muslim yang akan disebutkan setelah ini, ia bersumpah atas nama Lata dan Uzza.

      Hakim telah meriwayatkan kisah yang mirip dengan ini dari jalur Abudullah bin Shalih yang berkata, “Laits bin Sa’ad bercerita kepadaku, dari Ishaq bin Abdullah bin Abi Farwah, dari Aban bin Shalih, dari Ali bin Abdillah bin Abbas, dari ayahnya Abbas bin Abdul Muthallib. Kemudian usai menyebutkan kisah ini, Hakim berkata, “Shahih.” Namun Dzahabi mengkritisinya dengan mengatakan,” Aku berkata, ‘Dalam sanadnya ada Abdullah bin Shalih. Ia bukan perawi yang bisa dijadikan pegangan, dan Ishaq bin Abdullah bin Abi Farwah matruk.”

      Delete