Thursday, March 19, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 46 – AL AHKAF AYAT 17

TURUNNYA SURAH 46 – AL AHKAF AYAT 17

Kisah Abdurrahman ibn Abu Bakar dari kafir menjadi Muslim, hijrah dari kesesatan ke jalan yang lurus dan ayat tentang Kewajiban menghormati Ibu Bapak.

Dan orang yang berkata kepada dua orang Ibu Bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku...?” Lalu kedua Ibu Bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah...! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”. Lalu dia berkata: “ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka” ~ QS 46 – Al Ahkaf : 17 ~

Abdurrahman ibn Abu Bakar Ashshidiq – Kesatria ketika masih kafir dan setelah menjadi muslim.

Abdurrahman adalah putera pertama dari Abdullah ibn Utsman (Abu Bakar As Shiddiq) atau kakak dari A’isyah dan Asma serta Abdullah ibn Abu Bakar. Dia hingga dewasa tidak mau beriman kepada Rasulullah.

Alangkah sedihnya hati Abu Bakar As Shiddiq beserta isterinya atas kelakuan anaknya, dia berusaha keras untuk meyakinkan anaknya bahwa dia salah jalan: “Anakku .... sesungguhnya Muhammad menyeru kepada Islam, mengajak manusia untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, bukan menyembah berhala-berhala buatan manusia yang bisu dan tuli ... Muhammad mengatakan bahwa Allah kelak akan membangkitkan manusia kembali pada hari kiamat, membangkitkan mereka dari kubur, kemudian memperhitungkan semua perbuatan mereka. Allah akan memberikan pahala bagi orang yang berbuat baik, lalu memasukkannya ke dalam surga.  Alah akan menyiksa para pendosa atas kesalahan dan kejahatan mereka, kemudian memasukkannya ke dalam neraka”.

Abdurrahman memandang ayah ibunya seraya berkata: “Apa yang dikatakan Muhammad itu tidak masuk akal (musykil)... Bagaimana mungkin Tuhan Muhammad bisa membangkitkan lagi setelah aku mati...?  Bagaimana mungkin membangkitkanku ke dalam kehidupan lagi...? Mana mungkin membangkitkan lagi orang-orang yang mati sebelum aku...? Apa yang dikatakan Muhammad kepada Ayah dan Ibu hanyalah angan-angan Muhammad yang didongengkan kepada Ayah dan Ibu... Kaum Muslimin yang mempercayainya karena kurang berakal, sedangkan aku mempunyai akal, bagaimana mungkin mempercayai kebenaran perkataan Muhammad yang tidak masuk akal...”.

Kedua orang tua itu mengadu kepada Allah SWT, memohon perlindungan dan pertolongan kepadaNya agar Dia membukakan pintu hati putera mereka dan mau menerima Islam serta meninggalkan agama jahiliyah.

Kegundahan Abu Bakar ini diketahui dan dirasakan oleh Rasulullah yang berusaha menghiburnya bahwa Allah SWT akan memberikan hidayah kepada Abdurrahman sesuai dengan kehendakNya.

Tidak lama setelah itu Allah SWT menurunkan ayat berikut ini :

Wallazii qaala liwaalidaihi uffillakumaa ata’idaaninii an ukhraja wa qad khalatil quruunu min qablii wa humaa yastaghiitsaanillaaha wailaka aamin inna wa’dallahi haqqun fayaquulu maa haazaa illaa asaathiirul awwaliin”.

“Dan orang yang berkata kepada dua orang Ibu Bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku...?”
Lalu kedua Ibu Bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah...! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”.
Lalu dia berkata: “ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka” ~ QS 46 – Al Ahkaf : 17 ~

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Abdurrahman ibn Abu Bakar ikut berperan dalam penindasan dan intimidasi kepada kaum muslim. Ia bersama para pemimpin Quraisy berusaha menyakiti Rasulullah dan orang-orang yang masuk Islam, sehingga dirinya merasa bangga disejajarkan dengan para pemuka Quraisy.

Pada suatu hari Abdurrahman merasa terkejut dan kecolongan saat mendengar dan menyadari bahwa Ayah, Ibu serta adik-adiknya telah pergi hijrah bersama Rasulullah saw. Tinggallah dia sendirian di Mekkah ditemani setan dalam kekafiran.

Dalam perang Badar, Abdurrahman ibn Abu Bakar bergabung dengan pasukan kafir untuk bertempur bahu membahu melawan kaum muslim dimana ayahnya ikut berperang.

Alih-alih bertobat karena kalah perang melawan pasukan Muslim dalam perang Badar, dia malah bersemangat untuk terus berjuang dijalan setan, jalan kekafiran dan kesesatan. Dalam perang Uhud dia berjuang gigih dengan semangatnya memerangi kaum Muslimin.

Alangkah sedih dan hancurnya hati Abu Bakar As Shiddiq melihat kelakuan puteranya yang masih ta’at dan istikomah menyembah berhala-berhala sebagai tuhannya. Namun kuatnya do’a dari ayah bundanya dan turunnya hidayah dari Allah SWT, akhirnya Allah membukakan pintu hati Abdurrahman untuk masuk Islam. Dia meninggalkan Mekkah menuju Madinah untuk menemui ayah, ibunya serta Rasulullah saw. Sayang keislaman Abdurrahman ini tidak disaksikan oleh ibunya Ummu Rumman yang telah berpulang ke rahmatullah. Namun kebahagiaan dengan masuk Islam-nya Abdurrahman dapat dirasakan adik-adiknya yaitu A’isyah, yang telah menjadi isteri Rasulullah dan Asma.

Abdurrahman tinggal di Madinah sebagai Muslim. Ia bertekad mengubur masa lalunya yang sarat dengan kebodohan dan kesesatan dengan terjun ke medan perang, berjihad membela agama dan keyakinan bersama kaum muslim lainnya.

Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakar Ashshiddiq menjadi khalifah pertama, pengganti Rasulullah, Abdurrahman tampil sebagai pembela ayahnya yang setia dan paling berani. Ia ikut serta dalam ekspedisi pasukan muslim untuk memerangi kaum murtad dan yang enggan membayar zakat serta para nabi palsu.

Abdurrahman bersama pasukan muslim berhadapan dengan pasukan Musailamah, yang mengaku seorang nabi dan berhasil membunuh Muhkam ibn Al Thufail sebagai tangan kanan, pemikir, ahli strategi Musailamah, yang akhirnya pasukan nabi palsu itu kocar kacir digempur pasukan Muslim.

Pada saat kekhalifahan Ali banyak terjadi konflik antar kelompok dan Abdurrahman tidak memihak salah satu pihak, bahkan dia kembali ke Mekkah, namun Allah meridhoi dan menghendaki Abdurrahman meninggal dalam perjalanan. Allah SWT menjanjikan kepada Abu Bakar dan Abdurrahman, sebagai hamba-hamba yang ikhlas, dengan memberikan balasan yang baik menggantikan dosa-dosanya dimasa lalu.

Bekasi, 15 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 6 Maret 2015.
Posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Tulisan: Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema : Al Ahkaf (46) - Ayat 17

No comments:

Post a Comment