Tuesday, July 23, 2013

MASJID AGUNG AL-KAROMAH MARTAPURA

Masjid Agung Al-Karomah Martapura

Kerajaan Banjar, yang beribukota di Martapura memiliki Masjid sebagai Pusat Da’wah Islam dan menjadi saksi 12 sultan yang memerintah. Pada waktu itu Masjid berfungsi sebagai tempat peribadatan, dakwah Islamiyah, integrasi umat Islam dan markas atau benteng pertahanan para pejuang dalam menentang Belanda. Akibat pembakaran Kampung Pasayangan dan Masjid Martapura, muncul keinginan membangun Masjid yang lebih besar. Tahun 1280 Hijriyah atau 1863 Masehi, pembangunan masjid pun dimulai.

Menurut riwayatnya, Datuk Landak dipercaya untuk mencari kayu Ulin sebagai sokoguru masjid, ke daerah Barito Kalimantan Tengah. Setelah tiang ulin berada di lokasi bangunan Masjid lalu disepakati.

Dilihat dari segi arsitekturnya, bentuk Masjid Agung Al-Karomah Martapura mengikuti Masjid Demak Buatan Sunan Kalijaga. Miniaturnya dibawa utusan Desa Dalam Pagar dan ukurannya sangat rapi serta mudah disesuaikan dengan bangunan sebenarnya sebab telah memakai skala.

Sampai saat ini bentuk bangunan Masjid menurut KH Halilul Rahman, Sekretaris Umum di kepengurusan Masjid sudah tiga kali rehab. Dengan mengikuti bentuk bangunan modern, sekarang Masjid Agung Al Karomah Martapura terlihat lebih megah.

Meski bergaya modern, empat tiang Ulin yang menjadi Saka Guru peninggalan bangunan pertama Masjid masih tegak di tengah. Tiang ini dikelilingi puluhan tiang beton yang menyebar di dalam Masjid.

Arsitektur Masjid Agung Al Karomah Martapura yang menelan biaya Rp 27 miliar pada rehab terakhir sekitar tahun 2004, banyak mengadopsi bentuk Timur Tengah. Seperti atap kubah bawang dan ornamen gaya Belanda.

Semula atap Masjid berbentuk kerucut dengan konstruksi beratap tumpang, bergaya Masjid tradisional Banjar. Setelah beberapa kali rehab akhirnya berubah menjadi bentuk kubah.

Bila arsitektur bangunan banyak berubah, namun mimbar tempat khatib berkhutbah yang berumur lebih satu abad sampai sekarang berfungsi.

Mimbar berukiran untaian kembang dan berbentuk panggung dilengkapi tangga sampai sekarang masih berfungsi dan diarsiteki HM Musyafa.

Pola ruang pada Masjid Agung Al Karomah juga mengadopsi pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Karena mengalami perluasan arsitektur Masjid Agung Demak hanya tersisa dari empat tiang ulin atau disebut juga tiang guru empat dari bangunan lama.

Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella atau ruang keramat. Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara kosmologi cella lebih penting dari mihrab.

Ukuran Masjid Agung Al-Karomah terbilang besar. Saat ini bangunannya berukuran 85 × 85 meter. Saat dibangun dulu, di zaman Kerajaan Banjar, ukurannya hanya 37,5 × 37,5 meter. Adapun area masjid sekarang, termasuk halaman dan pelataran, berukuran 210 × 110 meter.

Sekarang Masjid tersebut bagian yang tak terpisahkan dari Kota Martapura, dengan bangunan perpaduan arsitektur Islam Timur Tengah dan Modern sungguh menawan dan megah apalagi dipandang pada malam hari di Jembatan Besi disamping Pondok Pesantren Darussalam Martapuran. Bagus sekali, rasanya berada di Jazirah Arab. Masjid ini juga beseberangan dengan Perkantoran Sekretariat Daerah Kabupaten Banjar yang juga Kantor Bupati Banjar. Dengan Syiar Islam yang begitu kental di Martapura tidaklah salah Kota Martapura diberi label sebagai Serambi Mekkah.

Semoga Martapura yang begitu terkenal seantero dunia dan melahirkan banyak Ulama Yang Zuhud tetap menjadi Kota Santri yang santun dan religus dalam menjawab tantangan globalisasi modern.

Dari sharing status FB sahabatku Asrul Agin


Foto-Foto Masjid Agung Al-Karomah, Martapura: 








No comments:

Post a Comment