Sunday, July 28, 2013

MASJID RAYA SABILAL MUHTADIN BANJARMASIN


Masjid Raya Sabilal Muhtadin adalah sebuah masjid besar yang berada di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia, tepatnya di kelurahan Antasan Besar, kecamatan Banjarmasin Tengah. Di dalam kompleks ini juga terdapat kantor MUI Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di tepi barat sungai Martapura dan dibangun pada tahun 1981.

Sabilal Muhtadin, nama pilihan untuk Masjid Raya Banjarmasin ini, adalah sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap Ulama Besar alm. Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812) yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kerajaan Banjar atau Kalimantan Selatan sekarang ini. Ulama Besar ini tidak saja dikenal di seluruh Nusantara, akan tetapi dikenal dan dihormati melewati batas negerinya sampai ke Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istanbul dan Mesir.

Bangunan fisik

Masjid Raya Sabilal Muhtadin ini dibangun di atas tanah yang luasnya 100.000 M2, letaknya di tengah-tengah kota Banjarmasin, yang sebelumnya adalah Komplek Asrama Tentara Tatas. Pada waktu zaman kolonialisme Belanda tempat ini dikenal dengan Fort Tatas atau Benteng Tatas. Bangunan Mesjid terbagi atas Bangunan Utama dan Menara; bangunan utama luasnya 5250 M2, yaitu ruang tempat ibadah 3250 M2, ruang bagian dalam yang sebagian berlantai dua, luasnya 2000 M2. Menara mesjid terdiri atas 1 menara-besar yang tingginya 45 M, dan 4 menara-kecil, yang tingginya masing-masing 21 M. Pada bagian atas bangunan-utama terdapat kubah-besar dengan garis tengah 38 M, terbuat dari bahan aluminium sheet Kalcolour ber-warna emas yang ditopang oleh susunan kerangka baja. Dan kubah menara kecil garis-tengahnya 5 dan 6 M.

Kemudian seperti biasanya yang terdapat pada setiap masjid-raya, maka pada Masjid Raya Sabilal Muhtadin ini juga, kita dapati hiasan Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an dan As-maul Husna, yaitu 99 nama untuk Ke-agungan Tuhan serta nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam. Kaligrafi itu seturuhnya dibentuk dari bahan tembaga yang dihitamkan dengan pemilihan bentuk tulisan-arab (kaligrafi) yang ditangani secara cermat dan tepat, maksudnya tentu tiada lain adalah upaya menampilkan bobot ataupun makna yang tersirat dari ayat-ayat suci itu sendiri. Demikian juga pada pintu, krawang dan railing, keseluruhannya dibuat dari bahan tembaga dengan bentuk relief berdasarkan seni ragam hias yang banyak terdapat di daerah Kalimantan.

Dinding serta lantai bangunan, menara dan turap plaza, juga sebagian dari kolam, keseluruhannya berlapiskan marmer; ruang tempat mengambil air wudhu, dinding dan lantainya dilapis dengan porselein, sedang untuk plaza keseluruhannya dilapis dengan keramik. Seluruh bangunan Masjid Raya ini, dengan luas seperti disebut di atas, pada bagian dalam dan halaman bangunan, dapat menampung jemaah sebanyak 15.000 orang, yaitu 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman bangunan.

Konsep estetika interior masjid

Peranan elemen-hias pada sebuah bangunan, bila diolah secara cermat dan diarahkan dengan tepat, akan tampak bukan saja sesuatu yang 'indah dimata' akan tetapi sekaligus dapat bermakna lain pada diri kita. Bisa jadi memberikan pengalaman batin yang menyentuh dan menimbulkan macam-macam perasaan, misalnya perasaan haru, kagum, syahdu dan seterusnya. Dengan ini berarti kita berbicara mengenai wawasan estetis dan pemilihan teknis dari seorang seniman untuk selanjutnya sebagai konsep dasar pijakan kreatifitasnya.

Tiga pokok pijakan

Sejalan dengan hal yang baru disebut di atas, maka wawasan estetis pada bangunan Mesjid Raya Sabilal Muhtadin ini dilakukan dalam tiga pokok pijakan sebagai berikut:
  1. Sesuatu yang dapat memberikan dan menimbulkan rasa keagama an yang lebih dalam.
  2. Ornamen-dekoratif yang selaras dan fungsional sesuai dengan arsitektur mesjid.
  3. Sebagai ciri-khas atau identitas yang menunjukkan kekayaan kebudayaan lingkungan Kalimantan.
 Kaligrafi

Atas dasar ini, maka elemen-estetik untuk masjid-raya ini dibentuk dalam kaligrafi-arab dengan mengambil ayat-ayat Al-Quran, Asmaul Husna, yaitu 99 nama Keagungan Tuhan dan nama-nama 4 Khalifah Utama dalam Islam Kaligrafi ini kemudian dirangkai dan dipadu dengan unsur-unsur ragam-hias motif tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagdi tradisi seni-hias pada bangunan bangunan mesjid seluruh dunia.

Bentuk floral (tumbuh-tumbuhan) ini memberikan sesuatu kesan hidup dan dinamis, akan tetapi yang terpenting adalah menghindarkan kecenderungan untuk menjadi gambar pemujaan, seperti halnya gambar yang bertemakan bentuk manusia dan hewan. Demikian pula ayat-ayat suci yang dituliskan dalam bentuk khat indah dengan Gaya Naski, Diwani, Riqah, Tsulus dan Kufik, kiranya menimbulkan rasa kekayaan citarasa dan khayal-seni untuk meluhurkan puja kepada Tuhan.

Desain Keseluruhan

Disain keseluruhan bangunan mesjid, dengan kubah besar, tiang-tiang kokoh dan tegap serta dinding tebal dan padat yang keseluruhan dibalut oleh lebih kurang 14.830 M2 pualam kremmuda seakan memberikan suasana berat, kukuh dan kadahg-kadang terasa menekan. Kesan ini timbul baik dari eksteriornya maupun interiornya. Keseluruhan keadaan bangunan masjid seperti disebut di atas menjadi pertimbangan dalam memperhitungkan pembuatan elemen-estetik yang akan ditempatkan dalam ruang dalam dan luar bangunan mesjid itu.

Penetapan disain krawang untuk pintu-utama, pintu samping dan dinding, adalah upaya untuk memberikan keseimbangan antara 'rasa berat' yang ditimbulkan fisik bangunan dan 'rasa ringan' yang ditimbulkan oleh sifat 'tembus pandang' dari ornamen krawang tersebut. Lampu hias (chandelier) yang terdiri dari 17 buah unit gantungan dengan ribuan bola kaca tersusun dalam lingkaran bergaris tengah 9 M, menimbulkan 'rasa-ringan' yang ditempatkan sebagai kontras terhadap fisik bangunan itu sendiri.

Dari sharing status FB sahabatku Asrul Agin 

Foto-Foto Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Banjarmasin: Kalimantan Selatan




No comments:

Post a Comment