Thursday, July 25, 2013

MASJID CHENG HO SURABAYA, PANDAAN, PURBALINGGA DAN PALEMBANG

Masjid Cheng Ho Surabaya, Pandaan, Palembang dan Purbalingga.


Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, Jawa Timur

Atas gagasan dari HMY. Bambang Sujanto dan teman-teman PITI, pembangunan Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya dimulai dari tanggal 15 Oktober 2001, diawali dengan upacara peletakan batu pertama yang dihadiri oleh sejumlah tokoh Tionghoa Surabaya; antara lain : Liem Ou Yen (Ketua Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya), Bintoro Tanjung (Presiden Komisaris PT Gudang Garam Tbk), Henry J. Gunawan (Direktur PT Surya Inti Permata Tbk) dan Bingky Irawan (Ketua Makatin Jawa Timur), serta puluhan pengusaha dan tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

Sejumlah tokoh masyarakat Jawa Timur yang turut hadir diantaranya: HRP. Moch. Noer dan Mayjend. Pol. (Purn). Drs. H. Sumarsono, SH., MBA. Sedangkan dari jajaran pengurus PITI dan Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia sendiri hadir : HM. Trisno Adi Tantiono (Ketua DPP PITI), (Alm). H. Moch. Gozali (Ketua Korwil PITI Jawa Timur), and HMY. Bambang Sujanto (Ketua Umum Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia).

Selain itu moment berharga ini juga disaksikan oleh semua anggota PITI Surabaya dan Jawa Timur serta tokoh-tokoh masyarakat di Surabaya.

Rancangan awal Masjid Mohammad Cheng Ho Indonesia di Surabaya ini diilhami dari bentuk Masjid Niu Jie di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Kemudian pengembangan disain arsitekturnya dilakukan oleh Ir. Aziz Johan (Anggota PITI dari Bojonegoro) dan didukung oleh tim teknis : HS. Willy Pangestu, Donny Asalim, SH., Ir. Tony Bagyo serta Ir. Rachmat Kurnia dari jajaran pengurus PITI Jatim dan Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia.

Untuk pertama pembangunan ini, diperlukan dana sebesar Rp 500,000,000 yang diperoleh dari jerih payah teman-teman dengan menerbitkan buku ”Saudara Baru/Jus Amma” dalam tiga bahasa. Dan sisanya adalah gotong royong dari sumbangan-sumbangan masyarakat hingga terselesaikannya pembagunan Masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia. Total keseluruhannya pembangunan ini menelan biaya Rp 3,300,000,000 dengan luas tanah seluruhnya yaitu 3.070 m2 dengan status kepemilikan tanah SHM No. 502 atas nama H.M. Trisnoadi Tantiono dan H.M.Y. Bambang Sujanto yang keduanya telah menerbitkan surat pernyataan bahwa kepemilikan tanah tersebut adalah milik Yayasan Haji Mohammad Cheng Ho.

Seiring dengan dinyatakan selesainya tahap pertama pembangunan Masjid ini pada tanggal 13 Oktober 2002, maka dilakukanlah peresmian pembangunan Masjid (soft opening). Dengan selesainya tahap pertama ini, Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia sudah dapat digunakan untuk beribadah dan selanjutnya tinggal melakukan beberapa penyempurnaan bangunan Masjid. Oleh seluruh anggota Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia dan PITI disepakati tanggal tersebut sebagai hari ulang tahun Yayasan dan Masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia.

Pada tanggal 28 Mei 2003, bertepatan dengan hari ulang tahun Pembina Iman Tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa Indonesia yang ke 42, Masjid Muhammad Cheng Ho di Surabaya diresmikan oleh Menteri Agama RI, Bapak Prof. Dr. Said Agil Husain Al-Munawar, MA. Selain itu acara peresmian ini dihadiri juga oleh Atase Kebudayaan Kedutaan Besar RRC di Indonesia yaitu Mao Ji Cong, Vice Consultant Kedutaan Besar USA di Indonesia yaitu Craig L. Hall, Gubernur Jawa Timur – H. Imam Utomo, anggota Muspida Jawa Timur, Ketua NU Jawa Timur – Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si., Ketua Muhammadiyah Jawa Timur kala itu – Prof. Dr. H. Fasichul Lisan, Apt., juga oleh mantan Gubernur Jawa Timur yaitu H.R.P. Moch. Noer dan HM. Basofi Sudirman yang bertindak sebagai Penasihat dan Pembina Yayasan Haji Mohammad Cheng Ho Indonesia. Acara ini dimeriahkan pula oleh semua tokoh-tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat di Surabaya.

Secara keseluruhan Masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia berukuran 21 x 11 meter, dengan bangunan utama berukuran 11 x 9 meter. Pada sisi kiri dan kanan bangunan utama tersebut terdapat bangunan pendukung yang tempatnya lebih rendah dari bangunan utama. Setiap bagian bangunan Masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia ini memiliki arti tersendiri, misalnya ukuran bangunan utama. Panjang 11 meter pada bangunan utama Masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia ini menandakan bahwa Ka’bah saat pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim AS memiliki panjang dan lebar 11 meter, sedangkan lebar 9 meter pada bangunan utama ini diambil dari keberadaan Walisongo dalam melaksanakan syi’ar Islam di tanah Jawa. Arsitekturnya yang menyerupai model kelenteng itu adalah gagasan untuk menunjukkan identitasnya sebagai muslim Tionghoa (Islam Tiongkok) di Indonesia dan untuk mengenang leluhur warga Tionghoa yang mayoritas beragama Budha.
Selain itu pada bagian atas bangunan utama yang berbentuk segi 8 (pat kwa), angka 8 dalam bahasa Tionghoa disebut Fat yang berarti jaya dan keberuntungan.

Masjid Cheng Ho Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur

Masjid bergaya Tiongkok yang terletak di pinggir jalan Raya Pandaan ini nampak megah. Halaman yang luas dan banyak tanaman disekelilingnya makin menambah keasriannya. Masjid Cheng Ho Pandaan gaya arsitekturnya mengadopsi dari Masjid Cheng Ho Surabaya yang lebih dulu menjadi ikon pariwisata.

Masjid Cheng Ho Pandaan Pasuruan yang didirikan Pemkab Pasuruan setiap malam didatangi jamaah untuk sholat kurang lebih 500 orang. Bupati Pasuruan saat membangun Masjid Cheng Ho Pandaan menginginkan sebuah tanda pada pengguna jalan untuk mampir menikmati keindahan alam Pasuruan. “Makanya kami memilih Masjid Cheng Ho Surabaya sebagai inspirasinya,” jelas Buang Abu Hasan.

Masjid Cheng Ho Pandaan mulai dibangun tahun 2003 dengan luas bangunan 50 x 50m, dua lantai. Diresmikan 2007 dan mulai digunakan 2006. Masjid Cheng Ho Pandaan Pasuruan tersebut menurut rencana akan ditambahkan berbagai kios menjual aneka souvenir dan makanan. Namun disisi samping nampak bangunan megah sebuah restoran tapi terlepas dari Masjid Cheng Ho Pasuruan.

Saat istirahat di Masjid Cheng Ho Pandaan banyak penjaja makanan seperti jamu gendong, jagung rebus, dan lain sebagainya. Jamaah yang datang dari luar kota tak jarang duduk sambil menikmati hawa dingin Masjid Cheng Ho Pandaan.

Lantai dasar Masjid Cheng Ho Pandaan digunakan untuk ruang pertemuan yang disewakan, namun bagi jamaah yang ingin tidur sejenak dipersilahkan di ruang tersebut. Lantai dua khusus sholat dan tidak boleh digunakan untuk tiduran. Sesekali coba datang ke Masjid Cheng Ho Pandaan yang asri. Beribadah sejenak sambil merasakan hawa dingin menusuk tulang.

Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho Palembang, Sumatera Selatan.

Lokasi masjid yang diberi nama Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho itu dibangun sekitar 3 kilometer dari pusat kota Palembang. Dana pembangunan berasal dari kalangan Muslim etnis China di Palembang.

Arsitektur masjid kental dengan nuansa arsitektur China. Warna merah mendominasi dinding masjid. Bentuk atap pun melengkung ke atas di keempat sisinya. Bentuk menara masjid itu mirip dengan bentuk pagoda.

Bangunan masjid berukuran 25 x 25 meter itu berdiri di atas tanah 4.990 meter persegi. Pembangunan masjid dengan biaya Rp 4 miliar itu dimulai tiga tahun lalu saat peringatan 600 tahun pelayaran Cheng Ho.

Masjid yang baru diresmikan Agustus 2008 itu digunakan untuk kegiatan ibadah, dan pada bulan Ramadhan dilakukan pula buka bersama dan shalat tarawih setiap hari, ceramah-ceramah agama, serta tadarus bersama Ahlul Quran Palembang pimpinan KH Ahmad Nawawi Dencik Al Hafiz. Setiap Sabtu subuh diisi dengan kajian fikih bersama Habib Umar Asegaf dari Cisarua.

Dana pembangunan masjid Cheng Ho berasal dari masyarakat etnis China di Sumsel yang memeluk agama Islam. Mereka bergabung dalam Pembina Iman Tauhid Indonesia yang dulu dikenal sebagai Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (sama-sama disingkat PITI). Jumlah anggota PITI Sumsel saat ini sekitar 4.000 orang.

Masjid Jami Cheng Ho, Purbalingga, Jawa Tengah

Berdirinya Masjid Jami Cheng Ho ini merupakan prakarsa dari PITI (Persatauan Islam Tionghoa Indonesia). Masjid Jami tersebut diresmikan pada tanggal 5 Juli 2011 oleh Ketua Umum Simpan Pinjam Jasa. Yang menjadi ciri khas keunikan Masjid ini adalah bentuk bangunannya bergaya arsitektur perpaduan akulturasi khas China/Tiongkok dan Jawa Islam. Bentuknya mirip kelenteng. Tak ada kubah bulat. Bangunan ini banyak dihiasi ukiran dan pernak-pernik ala China seperti lampion merah.

Masjid Jami ini mulai dibangun pada tahun 2005, akan tetapi pada tahun 2006 pembangunannya terhenti disebabkan karena sesuatu hal. Pada tahun 2010 pembangunan kembali dimulai hingga akhirnya Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Ho berdiri dengan megahnya. Masjid Jami ini kemudian dijadikan Pusat Dakwah dan Pendidikan Islam.

Awalnya Masjid Jami ini sengaja dibuat untuk kaum muslim dan para Mualaf di daerah Purbalinggga. Jumlah Muslim Tionghoa di Purbalingga terdapat kurang lebih 130-an orang. Mereka tersebar di 18 kecamatan. Masjid Jami ini diharapkan bisa lebih memajukan Purbalingga khususnya dibidang dunia dakwah Islam.

Masjid Jami PITI Muhammad Cheng Ho menjadi suatu bukti terdapatnya keberagaman agama, suku maupun ras dalam kehidupan bermasyarakat di Purbalingga. Hal ini menjadi suatu kekuatan yang luar biasa. Para muslim Tionghoa memanfaatkan Masjid Jami ini sebagai sarana tempat berkumpul mereka untuk menyiarkan dakwah dan pendidikan Islam

Dari sharing status FB sahabatku Asrul Agin

Foto-Foto Masjid Cheng Ho Surabaya, Pandaan, Palembang dan Purbalingga


Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, Jawa Timur

Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya, Jawa Timur

Masjid Cheng Ho Pandaan, PasuruanJawa Timur

Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho Palembang, Sumatera Selatan

Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho Palembang, Sumatera Selatan

Masjid Jami Cheng Ho, Purbalingga, Jawa Tengah

Masjid Jami Cheng Ho, Purbalingga, Jawa Tengah

Masjid Cheng Ho Pandaan, PasuruanJawa Timur

1 comment:

  1. subhanallah bagus masjidnya, rummah Allah yang begitu Indah..allahuakbar
    Subhanallah

    ReplyDelete