Monday, July 1, 2013

HIJRAH

HIJRAH, MERUBAH ORIENTASI HIDUP SESUAI PETUNJUK ILLAHI


Saudara-saudaraku yang di rahmati Allah Subhaanahu wa ta’ala, ada kenalan teman sekantorku yang seorang mantan pejabat Bank Nasional yang paling besar, sebut saja pak BS yang jujur dan tidak pernah ikut ber-KKN ria seperti kebanyakan pejabat-pejabat lainnya. Selama berkarier, ia melihat betapa para koleganya memperkaya diri dengan korupsi dan kolusi. Ia melihat betapa kongkalikong antara pejabat dan pengusaha sudah tanpa akhlaq maupun pertimbangan moral kemanusiaan.

Ia juga melihat betapa hampir semua koleganya sangat jauh dari jalan yang diridhoi Allah Subhaanahu wa ta’ala. Pak BS ini memang dari mudanya adalah seorang yang taat beribadah dan tergolong manusia yang sangat taqwa kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala. Di kantornya Pak BS merupakan sosok religius yang brilian, sehingga walupun ia tidak ikut-ikutan berKKN, ia sempat menduduki posisi sebagai Direktur Kredit bank nasional tersebut.

Sebagai pejabat papan atas ia juga melihat betapa pejabat-pejabat instansi lain sebagian besar sama dan sebangun; korup! Mereka berlomba-lomba memamerkan kekayaan yang nilainya milyaran. Dan sewaktu pensiun tiba, Pak BS tidak bersedia lagi untuk diperpanjang masa aktifnya walaupun ia masih diminta untuk berkarier selama 2 tahun lagi. Ia memutuskan untuk keluar dari lingkungan yang tidak cocok dengan prinsip-prinsip moral agamanya. Habitat yang selama ini dihuninya sudah amat tidak cocok.

Ia mengaku bahwa di masa mudanya ia mempunyai idealisme yang tinggi. Ia berangan-angan untuk bekerja dalam instansi yang memiliki integritas dalam profesionalisme. Ia mengira bahwa the good guys lebih banyak dari the bad guys. Bahwa the bad guys akan tersingkir karena good governance dari para direktur yang dianggap profesional. Nyatanya malah sebaliknya. Ini adalah negara kaum maling, koruptor dan preman.

Orang yang bersih sangat sedikit and they have nothing to say. Ternyata atasan bisa jadi rajanya maling atau rajanya koruptor. Pak BS akhirnya cukup lama hidup dalam pergulatan bathin sampai akhirnya dia punya kesempatan untuk pensiun itu. Tidak hanya dengan pensiun ia ingin meninggalkan kebathilan, namun ia juga memutuskan untuk meninggalkan Indonesia dan hijrah ke United States suatu negara yang justru belakangan ini menunjukkan sikap tendensius anti-Islam radikal.

Ketika ia ditanya kenapa kok Amerika? Bukankah Amerika itu mulai anti Islam setelah terjadinya tragedi WTC 11 September itu? Bukankah kebebasan kaum muslim di Amerika mulai dikekang, walaupun Amerika katanya adalah pejuang HAM nomor satu di dunia? Ia menjawab bahwa lebih baik hidup dalam negara di mana kaum muslim adalah minoritas namun warganya menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan menjunjung tinggi moralitas ketimbang hidup di negara yang mayoritas muslim, namun akhlaq para pemimpinnya rusak, lemah dalam penegakkan hukum dan rakyatnya kurang menghargai sesama. Orang Amerika sesungguhnya lebih Islami ketimbang orang Indonesia yang kebanyakan adalah muslim. Demikian reasoning-nya.

Satu kasus lagi adalah mundurnya Sophan Sophiaan sebagai Ketua Fraksi sebuah partai politik di MPR. Alasannya mirip dengan pak BS, karena praktek-praktek politik dan demokrasi dirasakan tidak sesuai lagi dengan hati nurani Sophan. Ia mengungkap bahwa disekelilingnya penuh dengan orang yang munafik dan tidak berjuang demi kepentingan rakyat namun untuk kepentingan pribadi atau partai atau golongannya sendiri. Ia prihatin bahwa MPR/DPR tidak bisa menjalankan amanat rakyat yang menginginkan KKN diberantas.

Dia juga mengemukakan bahwa sangat sulit untuk melaksanakan amanat rakyat itu, karena 80 – 90% dari para pejabat pemerintah maupun anggota dewan terlibat korupsi. Merasa tidak bisa berbuat apa-apa ia memutuskan mundur saja sebagai wakil rakyat dari partai yang semestinya memperjuangkan demokrasi di negeri ini.

Adi anakku yang baik, kasus pak BS maupun kasus Sophan Sophiaan adalah suatu model hijrah. Hakekat hijrah ini adalah perubahan dari suatu yang kurang baik menjadi baik. Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam berhijrah dari Makkah ke Madinah meninggalkan kehidupan yang penuh bahaya bagi keselamatan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam sendiri serta kelanjutan syi’ar Islam pada masa itu.

Di Madinah, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memiliki kesempatan lebih besar untuk melakukan syi’ar Islam yang akhirnya menjadi agama terbesar di dunia. Muhammad merubah hidupnya dari kehidupan yang penuh ancaman bahaya dan pengekangan terhadap Islam menjadi kehidupan yang penuh kedamaian serta kebebasan untuk menyebarkan ajaran Islam. Itulah Hijrah yang selalu kita peringati setiap tahun dalam konteks kejadian faktual.

Pada dasarnya hijrah perlu dan harus dilakukan oleh diri kita sebagai usaha untuk menuju ke sesuatu yang lebih baik itu. Yang paling sering bisa terjadi adalah hijrah dari lingkungan kita yang kurang baik. Hidup di lingkungan yang banyak penyakit masyarakat seperti drug traffic, premanisme, sarang pelacuran dan maksiat-maksiat lainnya mengharuskan kita untuk pindah dari tempat itu tanpa perlu berpikir panjang.

Bekerja di perusahaan yang melakukan bisnis yang haram bagi kita lebih baik ditinggalkan saja, walaupun terasa berat karena income-nya yang besar. Demikian juga kalau perusahaan itu menghasilkan produk haram seperti pabrik minuman keras beralkohol atau resto atau cafe yang menjual makanan dan minuman haram, lebih baik cabut saja.

Bagaimana kalau kita kerja di bank konvensional dimana ada bunga bank yang menurut Islam adalah riba? Pada hal hidup matinya bank tergantung dari sistim bunga yang dianggap riba itu. Ini masalah yang menyangkut hajat hidup banyak ummat Islam yang bekerja di bank konvensional. Kalau kita yakin itu adalah dosa, maka sebaiknya ditinggalkan. Sekarang mulai banyak bank atau institusi keuangan Islam yang berbasiskan syari’ah sehingga cukup banyak menyediakan lapangan kerja.    

Hijrah juga bisa berarti menghilangkan kebiasaan kita yang buruk kepada kebiasaan yang baik dan diridhoi Allah. Dari gampang marah menjadi penyabar. Dari pelit menjadi suka bersedekah. Dari sifat tidak peduli menjadi seorang yang menolong dan perhatian terhadap kaum dhuafa. Dari malas menjadi rajin.

Banyak pula orang yang memendam penyakit hati seperti dengki, iri, dendam, sombong, suka bergunjing dan menebar fitnah semestinya segera berhijrah dengan mengobati penyakit hatinya dengan banyak mengingat Allah alias dzikrullah. Yang tadinya mengidap penyakit masyarakat seperti berjudi, beralkohol ria, ber-ekstasi, mencuri,  korupsi, berzina supaya cepat sadar dan bertobat untuk hijrah ke perbuatan yang di ridhoi Allah.

Hijrah adalah suatu keharusan bagi setiap orang beriman yang meyakini bahwa perubahan menuju hal-hal yang baik adalah bagian dari tuntutan keimanan yang telah tertanam dalam hati sanubari kita.

Hijrah adalah menjauhi hal-hal yang dengan jelas dilarang oleh Allah Subhaanahu wa ta’ala dan Al-Qur’an. Hijrah mengharuskan adanya perubahan dalam pola dan gaya hidup untuk mencapai nilai-nilai yang lebih positif dan bermakna atau dengan perkataan lain; Merubah orientasi hidup sesuai petunjuk Ilahi.

Bagaimana pendapat Anda?


Kepustakaan: 1. Al-Qur’an, 2. Bahan Renungan Kalbu, Ir. Permadi.
Filename: THINK52-Hijrah, Jkt, 31/01/2002, Re-edited: 8 September 2009, Ramadhan 1430 H
Copyright 2009 © Bambang Irawan

No comments:

Post a Comment