Tuesday, April 14, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 16 – AN NAHL AYAT 126 - 127

TURUNNYA SURAH 16 – AN NAHL AYAT 126 - 127

Kisah Hamzah ibn Abdul Muthalib – Pimpinan para syuhada.

 “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesunggguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan”. ~ QS 16 – An Nahl : 126 dan 127 ~

Mereka adalah dua sekawan dengan usia yang berdekatan. Dua saudara yang sama-sama disusui Tsuwaidah, budak perempuan Abu Lahab. Keduanya keturunan Abdul Muthalib seorang pemimpin Mekkah yang terpandang. Yang satu adalah puteranya dan yang satu lagi adalah cucunya. Dialah Hamzah putera Abdul Muthalib yang merupakan paman Muhammad cucu Abdul Muthalib.

Kedua sebaya bersaudara ini adalah teman sepermainan sejak kecil, saling menyayangi dan melindungi. Hanya setelah menginjak remaja keduanya berbeda kesukaan. Hamzah lebih suka berburu, mengembara dengan bekal tombak dan panah, menjelajah padang pasir untuk mencari hewan buruan. Ia tumbuh menjadi pemuda yang tangkas, cekatan dan tidak kenal rasa takut sehingga semua orang segan kepadanya.

Sementara Muhammad sejak remaja telah ikut berdagang bersama Abu Tholib pamannya. Karena kepiawaiannya berdagang, dengan usia yang masih muda ia dipercaya menjadi pimpinan Kafilah dan dipercaya pula oleh Khadijah untuk menjual dagangannya. Allah menyelamatkan dia dari kehinaan dan kesesatan jahiliah untuk menyembah berhala-berhala dan menuntunnya menapaki jalan kebenaran. Ia sering merenung dan memikirkan ‘siapakah yang menciptakan alam semesta dan seisinya, mengamati terbit dan tenggelamnya matahari dan bulan...’. Dia meyakini akan adanya Tuhan yang menciptakan dan mengaturnya bukan patung dan berhala-berhala yang terbuat dari batu dan kayu.

Pada saat Muhammad diangkat menjadi Rasulullah, seyogyanya orang yang pertama menerima seruannya adalah Hamzah sebagai saudara dan sahabat dekatnya. Meskipun ia belum menerima seruan Muhammad namun sebagai saudara dan sahabat, Hamzah tetap setia melindungi Muhammad bersama kakaknya Abu Thalib. Sebenarnya jauh di dalam hati Hamzah telah tumbuh benih keimanan terhadap risalah agama yang dibawa Muhammad, namun ia bersama Abu Thalib, merasa khawatir kalau dirinya akan disebut penghianat tuhan nenek moyangnya.

Suatu hari, ketika Hamzah pulang dari berburu, ia diberitahu seorang budak bahwa Muhammad keponakannya sedang dihina dan diperlakukan tidak senonoh oleh Abu Jahal di Masjidil Haram. Hamzah tahu bahwa Abu Jahal sering sekali mengolok-olok dan menghina Muhammad, tapi selama ini Hamzah masih membiarkannya. Rupanya pembiaran ini semakin membuat beraninya Abu Jahal menghina Muhammad. Sebagai saudara ia geram dan ingin mengakhiri perlakuan Abu Jahal kepada Muhammad. Dengan muka merah menahan marah, Hamzah menegur Abu Jahal dan memukulnya hingga muka Abu Jahal bersimbah darah.  Beberapa kerabat Abu Jahal bangkit dan berusaha akan mengeroyokinya, namun dihalangi Abu Jahal karena ini akan menimbulkan perang antara Bani Hasyim dan Bani Makhzum.

Melihat kemarahan Hamzah, salah seorang keluarga Makhzum kaget dan berkata: “Hai Hamzah...!! Jangan-jangan kau telah murtad dari agama nenek moyangmu dan mengikuti agama Muhammad...!!”.

Berkat hidayah Allah, teguran ini menyadarkan Hamzah, tiba-tiba terbetik keinginan kuat untuk menemui Muhammad dan menyatakan keislamannya. Tanpa ragu-ragu lagi dia menjawab: “Siapa yang akan menghalangi keinginanku...? Aku sudah mantap untuk bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Segala apa yang dikatakan Muhammad adalah kebenaran, yaitu bahwa Tuhan yang patut disembah adalah Allah. Aku tidak bisa menarik keinginanku. Ayo halangi aku jika kalian bisa...??”. Semua orang terkejut dan takjub bahwa singa Mekkah telah menyatakan keislamannya.

Meskipun setan terus membisikkan keraguan pada diri Hamzah, namun Allah terus menuntunnya sehingga setelah berhadapan dengan Rasulullah dia langsung mengucapkan dua kalimah syahadat. Keislaman Hamzah dan Abdul Muthalib tentu saja menambah kekuatan pada kaum Muslim, apalagi setelah ditambah keislaman Umar ibn Al Khatab menambah jerih kaum kafir untuk menyakiti kaum Muslim.

Pada saat Perang Badar Hamzah berhasil membunuh salah seorang pentolan kafir Quraisy, yaitu Utbah beserta adik dan anaknya. Kematian Utbah, paman dan adiknya ini sangat menyakitkan puteri Utbah yang bernama Hindun. Dia sangat dendam dan menyewa seorang budak bernama Wahsyi Al Habsyi untuk dapat membunuh Hamzah pada kesempatan perang berikutnya dengan imbalan kemerdekaan baginya dan emas serta barang berharga lainnya.

Pada saat Perang Uhud, singa Muslim yang dengan gagah perkasa sedang berhadapan dengan kaum musyrik, dibokong dari balik batu oleh Wahsyi dengan melontarkan tombaknya ke dada Hamzah. Hindun yang dikabari Wahsyi bahwa Hamzah telah dibunuhnya bergegas mendekati medan perang, mencari jasad Hamzah, mengeluarkan jantungnya, mengunyahnya dan memuntahkannya. Dia juga menyuruh orang-orangnya untuk memutilasi jasad Hamzah sehingga tanpa hidung dan telinga.

Alangkah marah dan berdukanya Rasulullah dan kaum Muslim begitu melihat jasad pamannya yang ia cintai syahid dengan jasad yang sudah tidak sempurna lagi. Saking murkanya Rasulullah bersumpah: “Seandainya kelak Allah memenanganku atas Quraisy, niscaya akan kulakukan pada 70 orang diantara mereka seperti yang mereka lakukan kepada Hamzah”. Begitu pula kaum Muslim mengucapkan sumpah yang lebih ganas: “Kelak, ketika Allah memenangkan kami atas mereka, akan kami rusak jasad mereka dengan kerusakan yang tidak ada tandingannya di tanah Arab”.

Namun Allah SWT, segera menyuruh Malaikat Jibril untuk menyampaikan ayat sebagai berikut:

Wa in ‘aaqabtum fa’aaqibuu bimitsli maa’uuqibtumbih. Wa lain shabartum lahum khairul lishshaabiriin. Washbir wa maa shabruka illaa billaahi wa laa tahzan ‘alaihim wa laataku fii dhaiqim mimmaa yamkuruun”.

“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesunggguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan”. ~ QS 16 – An Nahl : 126 dan 127 ~

Ketika bibi Rasulullah atau adiknya Hamzah yaitu Shafiyyah bint Abdul Muthalib menanyakan jenazah Hamzah kakaknya, Rasulullah tak kuasa untuk menjelaskannya hingga jenazah syuhada yang beliau cintai itu dimakamkan bersama-sama para syuhada lainnya di tanah Uhud. Semoga Allah merahmati syuhada Hamzah.

Bekasi, 24 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 15 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema : An Nahl  (16) - Ayat 126, 127 à Hamzah ibn Abdul Muthalib – Pimpinan para syuhada

No comments:

Post a Comment