Sunday, April 26, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 58 – AL MUJAADILAH AYAT 1 – 4

TURUNNYA SURAH 58 – AL MUJAADILAH AYAT 1 – 4

Kisah Khaulah binti Tsa’labah – Perempuan yang menggugat Rasulullah saw.

[1]“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Mha Mendengar lagi Maha Melihat.
[2]Orang-orang yang men-zihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya) sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
[3]Orang-orang yang men-zihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[4]Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikikanlah supaya kamu beriman kepada Allah dan RasulNya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih”. ~ QS 58 – Al Mujadalah : Ayat 1-4 ~

Khaulah bin Tsa’labah menikah dengan Aus inb Al Shamit yang usianya jauh lebih tua dan semakin tua semakin sensitif.  Suatu hari keduanya bertengkar dan makin lama makin sengit, sehingga saat dibakar amarah Aus mengucapkan kata-kata yang sangat fatal: ‘Wahai Khaulah engkau bagiku seperti punggung ibumu’.

Dalam adat jahiliyah kata-kata menyamakan isteri dengan ibunya itu sangat fatal, artinya suami telah ‘men-zihar/mentalak’ isterinya. Diantara keduanya telah terjadi perceraian.

Aus ngotot bahwa sekarang keduanya sudah hidup bukan dijaman jahiliyah lagi, sehingga hukum itu sudah tidak berlaku, sebaliknya Khaulah berpendirian hukum itu tetap masih berlaku.

Khaulah akhirnya mengadu kepada Rasulullah dan beliaupun membenarkan kata-kata Khaulah bahwa keduanya sudah bercerai dan menyuruh Khaulah menjauhi Aus suaminya.

Khaulah bingung karena Aus yang sudah tua sangat membutuhkan dirinya. Tiba-tiba dalam diri Khaulah ada dorongan untuk menghadap ke langit seraya berdo’a: “Ya Allah kepadaMu aku mengadu atas cobaan ini. Aku sulit meninggalkan seseorang yang membutuhkanku dan kembalikanlah kebahagiaan kami berdua”.

Allah mendengar do’anya dan seketika itu pula Allah mewahyukanj ayat kepada Rasulullah:

“Qad sami’allaahu qaulallatii tujaadiluka fii zaujihaa wa tasytakii ilallaa. Wallaahu yasma’u tahaawurakumaa. Innallaaha samii’um bashiir. Alladziina yudhaahiruuna minkum min nisaa ihim maahunna ummahaatihim. In ummahaatuhum illallaa ii waladnahum. Wa innahum layaquuluuna munkaram minal qauli wazuuraa. Wa innallaaha la’afuwwun ghafuur. Walladziina yudhaahiruuna min nisaa ihim tsumma ya’uuduuna limaaqaaluu fatahriiru raqabatim min qabli ayyatamaassaa. Dzaalikum tuu’adhuunabih. Wallaahu bimaa ta’maluuna khabiir. Famallam yajid fashiyaamu syahraini mutataa bi’aini min qabli ayyatamaassaa. Famallam yastathi’ faith’aamu sittiina miskiina. Dzaalika litu’minuu billaahi wa rasuulih. Wa tilka huduudullaah. Wa lilkaafiriina ‘adzaabun aliim”.

[1]“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Mha Mendengar lagi Maha Melihat.
[2]Orang-orang yang men-zihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya) sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
[3]Orang-orang yang men-zihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[4]Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikikanlah supaya kamu beriman kepada Allah dan RasulNya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih”. ~ QS 58 – Al Mujadalah : Ayat 1-4 ~

Setelah mendengar ayat-ayat itu senanglah hati Khaulah, namun sayangnya dia tidak memiliki budak, suaminya juga tidak akan mampu berpuasa selama 2 bulan berturut-turut dan karena miskinnya ia tidak mampu memberi makan 60 orang.

Rasulullah akhirnya menyuruhnya men-sedekahkan 1 ‘wasaq’ (setara dengan 150 kg) kurma. Namun Khaulah hanya punya setengahnya dan setengahnya lagi disumbang dari salah seorang sahabat Rasul.

Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membuat landasan syariat atas masalah zihar. Hikmah dari peristiwa ini agar para suami berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata talak kepada isterinya.

Bekasi, 29 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 20 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema:  Al Mujadilah (58) – Ayat 1-4 kisah Khaulah binti Tsa’labah – Perempuan yang menggugat Rasulullah saw.

No comments:

Post a Comment