Wednesday, April 8, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 2 – AL BAQARAH AYAT 221

TURUNNYA SURAH 2 – AL BAQARAH AYAT 221

Kisah Abdullah ibn Ruwahah yang tidak henti-hentinya mencari Allah hingga menikah dengan budak negro yang muslim.

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-perintahNya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. ~ QS 2 – Al Baqarah : 221 ~

Adalah seorang penyair ulung yang tinggal di Yatsrib (Madinah Al Munawarah) bernama Abdullah ibn Ruwahah, semasa Islam belum masuk ke Madinah dia sering merenung menatap matahari, bulan, bintang yang beredar mengikuti pergantian dan malam. ‘Siapakah yang menciptakan semua ini...? Sedangkan berhala-berhala yang penduduk Madinah sembah adalah barang mati yang tidak bisa apa-apa’.

Begitu mendengar berita dari para kafilah bahwa di Mekkah ada seorang utusan Tuhan yang menyeru manusia untuk menyembah Allah. Tuhan Yang Maha Esa, maka ia bersama teman-temannya yang meyakini utusan ini berangkat ke Mekkah untuk menemuinya. Setelah bertemu dengan Rasulullah di Mekkah, mereka di bai’at di depan Aqobah untuk masuk Islam, berjanji akan melindungi Rasulullah dan ikut menyebarkan agama Islam.

Pada saat Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah, Abdullah ibn Ruwahah ikut menyambutnya, menemani Rasulullah menyelusuri jalan-jalan di Yatsrib. Dia juga ikut mendirikan masjid secara bergotong royong dan setelah selesai Bilal mengumandangkan adzan untuk pertama kalinya diimami oleh Rasulullah.

Suatu hari Abdullah ibn Ruwahah datang menghadap Rasulullah menyatakan bahwa dia sangat menyesal telah memaki bahkan meludahi budak hitam wanita miliknya, karena melakukan kesalahan. Sungguh Abdullah merasa menyesal telah melakukan itu dan berharap budaknya mau memaafkannya.

Rasulullah berkata: ‘Apakah agama budakmu itu...?’
Abdullah menjawab: ‘Dia telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Ia mendirikan shalat, berwudhu dengan baik dan berpuasa...’
Rasulullah ingin menegaskan bahwa dalam Islam, kedudukan seorang budak sebagai manusia sama dengan manusia yang lain: ‘Wahai Abdullah... budakmu itu seorang Mukmin...’

Allah membukakan hati Abdullah ibn Ruwahah sehingga dia menyadari bahwa sebenarnya dia mencintai, menyayangi budak negro itu yang disifati Rasulullah sebagai wanita mukmin yang harus dilindungi dan dimuliakan. Maka tanpa ragu-ragu lagi dia berkata: ‘Wahai Rasulullah, demi Dzat yang mengutusmu dengan hak sebagai Nabi, sungguh aku akan memerdekakan dan menikahinya...’. Dia lalu bergegas menemui budaknya untuk minta maaf, memerdekakannya dan menikahinya.

Kejadian ini tentu saja membuat heran dan mengejutkan para sahabatnya, bagaimana mungkin seorang pemimpin suku yang dipilih sebagai utusan pada hari Aqobah menikahi seorang budak negro... Sungguh tidak sepadan dengan kedudukannya yang mulia. Sebenarnya ia dapat saja menikahi seorang wanita mulia dari kaumnya, meskipun bukan seorang Muslimah.

Allah Subhanahu wa ta’ala berkehendak mengungkapkan kebenaran, sehingga Dia menurunkan ayat Al Qur’an kepada Rasulullah sebagai berikut:

“Wa laa tankihul musyrikaati hattaayu’minn. Wala amatummu’minatun khairum mimmusyrikatiw walau a’jabatkum. Ulaaika yad’uuna ilannaar. Wallaahu yad’uu ilaljannati walmaghfirati bi idznih. Wa yubayyinu aayaatihii linnaasi la’allahum yatadzakkaruu”.

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-perintahNya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. ~ QS 2 – Al Baqarah : 221 ~

Komunitas Madinah semakin kokoh dan mulia berkat kemuliaan Islam, namun demikian gangguan dari kaum munafik dan Yahudi tetap saja terjadi. Untuk ketentraman komunitas Madinah, Rasulullah membuat perjanjian dengan kaum Yahudi untuk hidup berdampingan dengan kaum Muslim. Namun kaum Yahudi telah menghianati perjanjian ini bahkan menantang kaum Muslim. Mereka tidak suka Islam berkembang di Madinah maupun di jazirah Arab bahkan mereka bersekongkol dengan kaum Musyrikin Mekkah untuk bersama-sama menyerang kaum Muslim.

Allah SWT menyikapi sifat-sifat kaum Yahudi ini dengan turunnya ayat dalam Al Qur’an:

“Ulaaikalladziina la’anahumullaahu fa ashammahum wa a’maa abshaa rahum”

“Mereka itulah orang-orang yang dila’nati (dikutuk) Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka”. ~ QS 47 – Muhammad : 23 ~

Abdullah ibn Ruwahah dapat merasakan kesedihan saudara-saudaranya kaum Muhajirin yang ditindas, disiksa, dirampas hartanya oleh kaum Quraisy. Mereka berhak untuk membalasnya.

Pada suatu hari terjadilah pertengkaran antara 3 orang kafilah dagang Quraisy dengan kaum Muhajirin dan perkelahian inilah yang memicu terjadinya Perang Badar. Abdullah ibn Ruwahah merasa terpanggil dan berkewajiban untuk membantu membalaskan saudara-saudara kaum Muhajirin yang telah disakiti dan terusir dari Mekkah. Dengan dibantu 2 orang Anshar dia mengajak berduel ketiga kafilah Quraisy itu, namun mereka menolaknya dan hanya mau berduel dengan kaum Muhajirin.
‘Wahai Muhammad, perintahkanlah tiga orang kaum Muhajirin yang pantas menghadapi kami...!’.

Mendengar tantangan itu majulah Hamzah ibn Abdul Muthalib (paman Rasulullah), Ali ibn Abi Thalib dan Ubaidah ibn Harits. Dari duel itu ketiga kafilah mati namun Ubaidah terluka.

Merasa teman-temannya mati terbunuh dalam duel, berangkatlah pasukan kafir Quraisy, termasuk Abdurrahman putera dari Abu Bakar Ash Shiddiq untuk mengajak pasukan Muslim berperang, inilah Perang Badar terjadi dengan kemenangan di pihak kaum Muslim.

Abdullah ibn Ruwahah sangat mencintai Rasulullah, ta’at akan perintah Allah dan RasulNya serta dia adalah seorang pejuang Muslim yang berperang membela Islam dengan gagah berani. Ia benar-benar ikhlas berjihad di jalan Allah. Dia mati syahid bersama dengan Zaid ibn Haritsah dan Ja’far ibn Abi Thalib pada perang melawan tentara Romawi. Semoga Allah merahmatinya.

Bekasi, 22 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 13 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema : Al Baqarah (2) - Ayat 221 - Abdullah ibn Ruwahah tidak henti-hentinya mencari Allah hingga menikah dengan budak negro yang muslim

No comments:

Post a Comment