Thursday, April 30, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 2 – AL BAQARAH AYAT 217

TURUNNYA SURAH 2 – AL BAQARAH AYAT 217

Kisah Abdullah ibn Jahsy Gubernur Muslim yang pertama contoh seorang pejuang Islam yang berperang di bulan Haram.

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: ‘Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kaum dari agamamu (kepada kekafiran), maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. ~ QS 2 – Al Baqarah : Ayat 217 ~

Abdullah ibn Jahsy adalah cucu Abdul Muthalib kakek Rasulullah, ibunya Umaimah bin Abdul Muthalib, adik dari Abdullah ibn Abdul Muthalib. Abdullah bersahabat dengan Muhammad karena kekerabatan dan memiliki kesamaan senang membicarakan hal yang mempertanyakan penyembahan berhala-berhala.

Suatu hari kota Mekkah diguyur hujan lebat, Ka’bah rusak terendam dan berhala-berhala berjatuhan. Para pemuka kota Mekkah sepakat untuk merenovasi Ka’bah. Pada saat akan meletakkan Hajar Aswad timbul masalah, siapa yang berhak untuk meletakkannya. Akhirnya mereka sepakat untuk meminta pendapat dari orang yang besok pagi paling awal masuk Ka’bah dari pintu Al Shafa.

Ternyata yang paling awal masuk Ka’bah lewat pintu Al Shafa adalah Muhammad ibn Abdullah. Dialah yang diminta pendapat siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad.

Dengan kecerdasan dan kebijaksanaan Muhammad digelarlah sehelai kain, kemudian ia letakkan Hajar Aswad diatasnya. Setelah itu Muhammad minta tiap pemimpin suku untuk memegang setiap ujung kain dan menggotongnya mendekati pojok tempat Hajar Aswad diletakkan, kemudian Muhammad meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.

Ketika Muhammad diutus Allah untuk mengajak manusia menyembah Allah, alangkah gembira hati Abdullah ibn Jahsy. Dia langsung mengakui dan mengimani saudaranya itu sebagai Rasulullah dan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa sebagao Penguasa Alam Semesta. Abdullah beserta ayah ibu dan adik-adiknya mengikuti Rasulullah hijrah ke Madinah.

Di Madinah mereka disambut oleh kaum Anshar yang telah masuk Islam sejak para utusan yang dibaiat Rasulullah di Aqobah kembali ke Madinah.

Ketika Rasulullah membentuk ‘Pasukan Rahasia’, Abdullah ibn Jahsy ditunjuk untuk memimpin 9 orang Muhajirin berangkat ke Mekkah dengan dibekali secarik surat dari Rasulullah dengan pesan: ‘Jika kau telah berjalan selama 2 hari bukalah surat ini dan lihatlah apa yang tertulis didalamnya. Lakukanlah apa yang kuperintahkan dan jangan pernah memaksa sahabat-sahabatmu untuk mengikuti keputusanmu’.

Dengan hati senang karena dirinya dipercaya Rasulullah, Abdullah ibn Jahsy bersama 9 kawannya berangkat secara sembunyi-sembunyi agar tidak terlihat kaum kafir. Ketika sampai di sebuah tempat yang bernama Bahran kira-kira jaraknya 150 km dari Madinah, barulah dia membaca surat yang diberikan Rasulullah yang isinya: ‘Jika kau telah membuka suratku ini, teruskan perjalanan hingga tiba di Nakhlah (yaitu kira-kira 150 km dari Mekkah atau 50 km dari Taif). Setibanya disana carilah kabar mengenai Kaum Quraisy’.

Abdullah memberitahukan pesan Rasulullah, bahwa beliau melarang untuk memaksa siapapun diantara teman-temannya yang tidak mau melanjutkan perjalanan. Namun mereka sepakat untuk melaksanakan perintah Rasulullah dan melanjutkan perjalanan ke kota Nakhlah.

Sesampainya di Nakhlah mereka menyadari bahwa daerah ini merupakan daerah yang berbahaya karena lebih dekat ke Mekkah.

Ketika sedang beristirahat  mereka terlihat para Kafilah Quraisy yang dikawal beberapa orang bersenjata dan menyergapnya. Abdullah tidak merasa gentar dalam pikirannya inilah kesempatan yang tepat untuk membalas dendam kepada orang-orang yang telah menyakiti, menyiksa, mengusir dan merampas rumah serta harta mereka. Tetapi perkara lain menghalangi mereka. Saat itu adalah bulan Rajab, yaitu ‘salah satu bulan yang mengharamkan untuk berperang’. Mereka berpikir, apakah akan terus berperang dengan risiko dicela bangsa Arab lain... ? atau membiarakan balas dendam ini berlalu begitu saja....

Akhirnya mereka memilih berperang....

Perang kecil terjadi dengan kemenangan di pihak Abdullah dan kawan-kawannya. Lalu mereka kembali ke Madinah dengan membawa pampasan perang.

Sesampainya di Madinah terjadi pergunjingan diantara penduduk Madinah, sebagian mencela tindakan Abdullah yang berperang di bulan Haram dan sebagian mendukung Abdullah untuk tetap berperang. Bahkan di kaum kafir Mekkah hal ini dijadikan komoditas untuk menarik simpati suku-suku lain untuk memerangi kaum Muslim yang telah melanggar hukum bangsa Arab, yaitu berperang di salah satu bulan Haram untuk berperang.

Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala berdiri disamping Abdullah ibn Jahsy dan kawan-kawannya, dengan menurunkan ayat kepada RasulNya.

“Yas aluunaka ‘anisy syahril haraami qitaali fiih. Qul qitaalun fiihi kabiir. Wa shaddun ‘an sabiilillahi wa kufrumbihii wal masjidilharaami wa ikhraaju ahlihii minhu akbaru ‘indallaah. Walfitnat akbaru minalqatl. Wa laa yazaaluuna yuqaatiluunakum hattaa yarudduukum ‘an diinikum inistatha’uw. Wa mayyartadid minkum ‘andiinihii fayamut wa huwa kaafirun faulaaika habithat a’maaluhum fiddunyaa wal aakhirah. Wa ulaaika ash haabunnaari hum fiihaa khaaliduun”.

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: ‘Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan  kaum dari agamamu (kepada kekafiran), maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. ~ QS 2 – Al Baqarah : Ayat 217 ~

Kata-kata dalam ayat itu menunjukkan kasih sayang Allah kepada Rasulullah saw dan kaum Muslim, terutama kepada Abdullah ibn Jahsy dan kawan-kawannya .

Allah menghendaki bahwa mereka terbebas dari kesalahan.

Pembebasan ini turun dari Allah sebagai penghormatan kepada mereka serta pemuliaan terhadap keberanian dan kepahlawanan mereka. Mereka benar-benar tulus dan ikhlas berjuang di jalan Allah dan demi menegakkan kalimat-kalimatNya.

Ada kejadian menarik pada diri Abdullah ibn Jahsy sebelum perang Uhud. Dia berdo’a agar pada perang itu dihadapkan dengan musuh yang paling kuat yang dapat membunuhnya dan jika ia terbunuh dengan hidung dan telinga putus tetap dalam ridho Allah. Kalimat permohonan itu mungkin terdengar bagi guyonan, tetapi ketahuilah bahwa permohonan itu keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam yang menghendaki kesyahidan di jalan Allah. Allah mendengar do’anya, Abdullah syahid dalam Perang Uhud dan ketika Rasulullah melihat jasad Abdullah ibn Jahsy, telinga dan hidungnya terpapas pedang musuh.

Sosok Abdullah ibn Jahsy ini menjadi contoh tentang keberanian seorang pejuang dan kecintaannya kepada syahadah. Semoga Allah meridhoinya.

Bekasi, 9 Jumadil Akhir 1436 Hijriyah atau 30 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema :  Al Baqarah (2) – Ayat 217 tentang Abdullah ibn Jahsy Gubernur Muslim yang pertama contoh seorang pejuang Islam yang berperang di bulan Haram

No comments:

Post a Comment